Langsung ke konten utama

Postingan

Meracau: Orang Baik Punya Masa Lalu, Orang Jahat Punya Masa Depan

Pepatah bijak berbunyi “Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan.” Kalimat itu seketika terbersit di pikiran. Kalimat yang dulu ku dengar dari seorang penceramah pada sebuah acara talkshow. Ia seorang kyai nyentrik yang suka berceramah dari satu tempat hiburan malam ke tempat hiburan malam lainnya. Ia pun sosok berkharisma yang tak pilih-pilih dalam bergaul. Salut! Terlepas dari sosok kyai itu, lantas apa pasal sehingga kalimat bijak tersebut yang menjadi pembuka dalam tulisan ini? Manusia seringkali susah untuk memaafkan kesalahan . Jangankan kesalahan orang lain, kesalahan diri sendiri pun terkadang susah dimaafkan. Sehingga kesalahan-kesalahan penuh sesal itu berubah menjadi beban yang menghantui, menggerogoti mental saban hari. Orang-orang semacam itu biasanya berdalih ‘susah berdamai meski dengan diri sendiri.’ Barangkali, mereka (orang-orang yang susah move on ) punya cara berpikir bahwa setiap kesalahan dan dosa haruslah ditebus dengan penyucian diri deng
Postingan terbaru

Meracau: Waktu Yang Terbuang Untuk Main-main

Sudah beberapa bulan ini, aplikasi game bernama Summoner’s war ini menjadi apk favorit yang ku buka setiap hari di hp samsung tercinta. Bahkan, game yang tidak terlalu membutuhkan skill ini (lebih banyak membutuhkan faktor keberuntungan) sukses menggusur game mobile legend yang ada di gawaiku. Cukup kumpulkan scroll sebanyak-banyaknya, lalu berharap memperoleh monster kuat dengan skill jempolan . Selebihnya player perlu menyesuaikan item yang tepat untuk menambah daya tempur. Kembali lagi pada tema “hidupku adalah bermain” (bermain video game). Rasa-rasanya memang sebagian waktu   dari hidupku (sebenarnya cukup banyak), aku habiskan untuk bermain video game. Mulai dari mesin game boy (gimbot), nitendo, ps 1, ps 2, ps 3, dan lain-lain, pernah aku jajal. Meski demikian, skill yang ku miliki biasa-biasa saja. Jika difikir ulang, seandainya waktu tersebut aku gunakan untuk belajar dan membaca, pasti (insyaallah) kepandaianku sudah se level pertapa. Sayangnya bukan itu yang terjadi. Ten

Meracau: Tentang Serangga

Sekor lalat terlihat terbang mengitari buah belimbing yang sudah terlihat menguning. Lalat buah, pikirku. Tentu saja, mana ada lalat bangkai yang terbang hinggap pada buah segar nan wangi. Sesekali ku seruput teh panas yang baru saja ku buat. Alangkah tenang dan damainya kehidupan pedesaan. Sederhana tapi penuh makna. Beberapa bulan telah ku habiskan untuk tinggal di rumah. Meski ada rindu pada tempat perantauan yang telah sekian tahun kusinggahi, tapi toh rasa rindu untuk pulang lebih besar. Rumah adalah tempat paling damai. Ia adalah perwujudan surga, meski sesaat saja. Tentu saja, bagaimana bisa tempat yang masih berada di dunia, seindah apapun itu, dibandingkan dengan surga. Kabarnya saja, nikmat di sana tak ada tandingnya. Orang tua-tua bilang, sejauh apapun pergi, tapi pulang mestilah tujuan akhir. Entah pulang ke rumah, pulang ke kampung halaman, bahkan pulang menuju-Nya, Dzat Yang Maha Esa . Pulang bahkan sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Simak saja, setiap tahun,